Selamat
malam sahabat. Pada kesempatan ini, saya akan mengutarakan kegelisahan saya
terhadap carut marutnya moda transportasi di kota kelahiran saya, Lumajang.
Saya tidak akan mengkritik, tapi saya lebih tertarik memberikan solusi. Sebuah
solusi yang mungkin menimbulkan pro dan kontra. Namun, saya tetap optimis bahwa
kota Lumajang mampu melesat jauh jika pemerintah dan masyarakat saling terbuka
untuk berbagi solusi bukan kritik yang saling menjatuhkan.
Kembali lagi kepada kegelisahan saya. Sejatinya,
kegelisahan ini sudah muncul sejak tahun 2009 lalu di saat saya meninggalkan
kota tercinta untuk menimba ilmu di kota sebelah. Selama satu tahun di luar
kota, saya selalu pulang ke Lumajang setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan
moda transportasi umum, yaitu bus. Awalnya masih terasa mudah mencari
transportasi dari terminal wonorejo ke arah kota karena tiba di Lumajang pasti
sebelum jam 4 sore. Lambat laun, setiap saya pulang ke Lumajang diatas jam 4
sore dan kendala mulai terjadi, diantaranya angkot yang jarang dan ngetem
terlalu lama. Maklum karena saya diberi uang saku pas-pasan sehingga mau tidak
mau harus menggunakan transportasi murah seperti angkot dan harus mau mengikuti
rulenya. Kejadian ini berlangsung terus menerus di saat saya tiba di Lumajang
diatas jam 4 sore.
Hal
monoton seperti ini yang sangat mengganggu pikiran saya sehingga terbersit ide
membangun strategi transportasi publik. Transportasi publik sangatlah penting
dan strategis karena sektor ini memiliki andil besar dalam menggerakkan roda
perekonomian sebuah daerah. Di dalam strategi transportasi saya, saya membagi
Lumajang menjadi tiga wilayah, diantaranya wilayah utara (Wonorejo), wilayah
tengah (Embong Kembar), dan wilayah selatan (Tukum). Berikut peta strategi
transportasi saya.
Pertama wilayah Wonorejo. Di wonorejo terdapat sebuah
terminal yang letaknya di bagian utara jalan utama ke arah jember. Di terminal
ini, semua bus dari arah Surabaya menuju arah jember via jatiroto dan Ambulu via
kencong (JLT) akan singgah. Selain bus, minibus elf jurusan Probolinggo-Lumajang
singgah di terminal ini. Angkot juga singgah dan ngetem di terminal ini. Ini
untuk mempermudah penumpang memasuki kota Lumajang dengan menggunakan
transportasi umum. Trayek angkot:
1.
WONOREJO
- EMBONG KEMBAR.
2.
WONOREJO
- TUKUM.
Kedua, wilayah Embong Kembar. Di sini terdapat sebuah
terminal yang dijadikan tempat singgah bus jurusan Lumajang-Malang via Dampit,
minibus Elf trayek Senduro-Lumajang, dan minibus Elf trayek Gucialit-Lumajang.
Selain itu, angkot juga singgah disini dan ngetem sehingga mempermudah
mobilisasi penumpang. Trayek angkot:
1.
EMBONG
KEMBAR - WONOREJO.
2.
EMBONG
KEMBAR - TUKUM.
Ketiga, wilayah Tukum. Di sini juga terdapat sebuah
terminal yang dijadikan tempat singgah bus jurusan Ambulu via JLT dan Kencong,
dan minibus Elf dari Jember-Lumajang via Kencong. Selain itu, angkot juga
singgah disini untuk membantu penumpang memasuki wilayah kota Lumajang. Trayek
angkot:
1.
TUKUM
- WONOREJO.
2.
TUKUM
- EMBONG KEMBAR.
Selain tertatanya transportasi yang telah terbagi
dalam tiga wilayah, hal ini juga mempermudah penumpang seperti pelajar yang
selalu menggunakan transportasi umum dalam kesehariannya dan juga meminimalisir
overload volume sepeda motor/mobil di jalan sehingga perjalanan lancar. Ide yang
sederhana ini mungkin terlihat konyol secara kasat mata, tetapi di saat
pemerintah dan rakyat Lumajang peduli dan sadar bahwa transportasi umum itu
penting, bukan hal yang mustahil untuk menjadikan Lumajang berkembang pesat
dari sebelumnya.
Ide ini adalah salah satu solusi dari saya untuk
membantu Lumajang berkembang pesat. Jangan hanya berfokus pada mempercantik
kota saja untuk menarik wisatawan, tapi hal yang sangat fundamental saja belum
terorganisir dengan sempurna. Jika transportasi kota sudah bagus dan tertata,
secara tidak langsung akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Lumajang.
#ProudLumajang #LumajangLebihBaik #LumajangDinamis #LumajangKreatif
0 Komentar:
Post a Comment